Senin, 30 November 2009

BERANI MELAWAN DERASNYA ARUS

Sahabat Blog Membangun Pondasi Sukses yang baik hatiAku menceritakan tentang dua orang petani yang menyeberangi derasnya air sungai. Ketika dua petani kembali dari kebunnya dan menyebrangi sungai yang airnya deras dan meluap, aku sempat tertegun beberapa saat, demi menyaksikan mereka berdua. Kedua petani itu menyeberang sungai tanpa ada rasa gentar sama sekali padahal air sungai semakin meluap. Ketika hampir ketengah petani yang satu, terhenti langkahnya. Dia mengurungkan niatnya untuk menyeberangi sungai itu, karena mulai ada rasa takut yang menggodanya. Dia takut terseret luapan air sungai. Namun petani yang satunya maju terus tanpa merasa takut. Dia semakin ketengah, dan terus ketengah, sesekali dia berteriak seolah ada sesuatu penghalang dalam pijakan kakinya, namun dengan cepat dia bergerak mencari pijakan lain sehingga dia bisa meneruskan penyeberangannya. Sementara yang petani yang satunya berbalik arah, kembali lagi kedaratan. Rasa takut bercampur gelisah telah menghantuinya, betapa tidak keluarganya menunggunya dirumah. Ditengah sungai yang deras itu pikirannya kacau, dia tak mampu lagi mengendalikan dan meyakinkan dirinya kalau dia juga bisa menyeberangi sungai besar itu.

Aku terus memperhatikan kedua petani tersebut, ada pandangan berbeda yang terjadi pada kedua petani itu. Antara sang pemberani dan sang pecundang, begitulah pikirku. Sementara memperhatikan mereka, seorang temnku menepuk pundakku, sehingga kaget dan hampir saja mendorongnya ke air sungai. Tapi alam bawah sadarku memerintahkan otak dan syarafku melakukan yang lain sehingga aku tak jadi mendorongnya. Temanku berkata "Apakah kamu ingin menyeberangi sungai ini?" Begitu pertayaannya. Sesaat aku memandang lagi kearah sungai, kudapati petani yang satu sudah berada ditepi seberang, sementara yang satunya terseret arus, orang itu tenggelam. Sesekali terlihat tangannya melambai-lambai meminta pertolongan. Tak sempat aku dan temanku berlari ingin menolongnya, tiba-tiba orang itu tak terlihat lagi. Aku berfikir dia tenggelam, dan terbawa arus yang deras itu.

Ada rasa ingin menolongnya, tapi aku juga bingung. Temanku mengingatkanku, sebelum air sungai lebih deras lagi, sesegera mungkin untuk menyeberang. Sejenak rasa takut muncul, dan rupanya temanku memperhatikanku. Dia berkata, menyeberanglah, lawanlah arus itu. Kamu pasti bisa, hanya saja kamu tidak memberi kesempatan kepada hati dan fikiran kamu untuk mencoba. Sejenak aku berkeringat, itu spirit yang luar biasa menurutku , sehingga aku pun memutuskan untuk menyeberang, tak peduli dengan keadaan sungai yang telah menelan korban tadi. Aku harus menyeberang, sebelum aku terperangkap dan terseret air sungai, karena sungai makin lama makin meluap airnya.

Dengan tanpa ragu, aku melangkah, melangkah dan terus melangkah, sehingga tak kusadari, aku dan temanku telah berada di bagian tengah, tak jauh dari tempat korban tadi. Temanku memberi isyarat bahasa "jika kamu ingin menggapai tepian sana, tataplah dia terus menerus, biarkan kakimu berjalan, dan bebaskan fikiranmu dari fikiran yang menyebabkan kamu terseret air. Aku mengikuti apa yang dikatakan teman aku. Banyak tantangan ketika meyeberangi sungai yang deras, sesekali kaki aku terkilir, hampir saja terseret air sungai. Aku terus melangkah, menyeberangi dan menaklukan derasnya sungai itu. Terus melangkah, maju, dan maju. Akhirnya sampai juga ketepian seberang.

Rasa senang dan bahagia seketika menghias hatiku, karena berhasil melewati derasnya air sungai. Temanku tersenyum demi memperhatikan aku, kemudian dia berkata. Kamu tidak akan bisa menyeberang, jika kamu menjadikan rasa takut sebagai teman sejati bagimu.

Aku merenungkan kata-kata temanku tadi, juga merenungkan kembali pernyebranganku dan dua petani tadi. Aku mengambil kesimpulan :

Pertama, menghilangkan rasa takut. Karena rasa takut itu hanya akan membuat langkah terhenti dan usaha sia-sia

Kedua, jika dihadapkan pada keadaan yang sulit, segeralah mengambil sikap dan bertindak dengan berani.

Ketiga, begitu memutuskan untuk maju, jangan berhenti ditengah jalan. Karena itu hanya akan membuat kita tenggelam, dan terbawa arus. Matilah kita.

Keempat, tataplah impian dan bentangkan impian itu di depan mata, sehingga akan menjadi spirit bagi kita untuk melangkah maju.

Kelima, berfikirlah positif dan barengi dengan doa. Tumbuhkan keyakinan bahwa, setiap tantangan pasti bisa dihadapi.

Keenam, tantangan ibarat arus air sungai yang meluap. Dia harus dihadapi bukan dihindari.

Terimaksih.

Hardiyanto

0 komentar:

Catatan :

Hak Cipta Intelektual. Isi blog ini murni karya penulis sendiri, siapapun dapat menyerap informasi isi blog, namun tidak dibenarkan menduplikasi isi informasi untuk kepentingan tertentu dan mempostingnya tanpa izin penulis.

Pencarian Google