Selasa, 02 Maret 2010

MENGHILANGKAN TRAUMA PADA ANAK USIA DINI

Sahabat Blog Membangun Pondasi Sukses yang baik hati. Saya pernah ditanya tentang bagaimana menghilangkan rasay trauma pada anak usia dini? Ketika saya dilempari pertanyaan itu, saya terdiam, karena saya sebelumnya tidak pernah melakukannya. Saya tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan itu, karena menghilangkan rasa trauma pada anak kecil merupakan sesuatu yang agak mrmbingungkan. Teman group difacebook pun bertanya demikian, namun saya belum juga memberikan jawaban.

Tetapi hari ini saya akan menjawabnya, karena saya merasa telah menemukan jawabannya. Saya pernah jatuh sakit, sekujur tubuh saya terkontaminasi penyakit faricela, tubuh saya bengkak-bengkak kecil hinggga menutupi wajah dan tubuh saya. Dalam keadaan seperti saya memanggil ponakan saya, yang kebetulan sedang bermain disekitar saya terbaring. Demi melihat saya dengan wajah yang menyeramkan, si anak yang berusia dua tahun ini ketakutan, dia menangis dan terus menangis. Baginya saya bukan lagi paman yang lembut baginya, tetapi monster yang menyeramkan untuk anak seumuran dia. Saya berfikir kasihan anak kecil itu, ketakutaannya kepada saya sampai tidur pun dia ketakutan, setiap tidur tiba-tiba saja dia terbangun dan mengatakan monsternya paman datang.

Saya merasa sedih, atas kejadian ini. Anak yang biasa manja dengan saya kini menjadi anak yang penakut yang berlebihan. Bagi si anak itu saya tidak lagi utama baginya, tidak lagi istimewa baginya, setiap kali dia melihat saya, dia histeris dan wajahnya pucat pasi. Saya berfikir, anak ini telah menjadi trauma dengan penyakit yang saya derita.

Keesokan harinya dia melihat saya lagi, dia ketakutan dan histeris lagi. Ini membuat saya menjadi bingung. Terus begitu sampai beberapa bulan. Dengan keadaan saya seperti ini, melihat orang yang wajahnya jerawatan pun dia menangis dan mencari ibunya, sungguh keadaan yang memprihatinkan jika terus dibiarkan.

Saya berfikir, bagaimana cara menghilangkan rasa trauma pada anak kecil, terutama mereka yang masih tergolong usia dini. Saya mempelajari karakter anak sehari-hari, ternyata saya menemukan bagaimana menghilangkan rasa trauma anak itu. Saya melihat yang menjadi kesukaan anak itu seperti apa, kemuadian saya membelinya dan menyerahkan kepada ponakan saya ini. Awalnya dia takut, lagi-lagi histeris. Tapi trus saya mempengaruhi anak itu untuk menerima sesuatu yang paling dia sukai. Butuh proses untuk melakukan pendekatan terhadap anak yang trauma, saya menghabiaskan waktu dua bulan untuk melakukan pendekatan. Hingga akhirnya saya dapat menaklukan ponakan saya lagi.

Sekarang meski wajah saya masih menyeramkkan karena bekas faricela masih menghias wajah saya, anak itu tidak merasa takut lagi. Saya menyimpulkan bahwa, anak yang trauma itu tidak bisa dihilangkan meski usianya terlalu dini, tetapi bisa atasi. Rasa trauma akan hilang jika hal-hal yang paling disukai anak-anak ditonjolkan, karena trauma itu hanyalah bawaan perasaan manusiwi yang datang sementara. Perlu ada ketenangan pada orang tuanya, anak lagi ketakutana, terus orang tuanya pun ketakutan otomatis anak akan menjadi lebih penakut. Karena biasanya anak kecil itu mengikuti prilaku dan gaya orang dewasa terlebih lagi orang tuanya.

Jangan khawatir sahabatku, rasa trauma bukanlah penyakit yang besar, karena dia bisa disembuhkan, namun semua tetaplah butuh prroses. Tidak ada masalah yang tak bisa diatasi, anak kecil akan kembali kepada fitrahnya yaitu melakukan hal-hal yang paling disukainya.

0 komentar:

Catatan :

Hak Cipta Intelektual. Isi blog ini murni karya penulis sendiri, siapapun dapat menyerap informasi isi blog, namun tidak dibenarkan menduplikasi isi informasi untuk kepentingan tertentu dan mempostingnya tanpa izin penulis.

Pencarian Google